teman san kota |
Berada
dilingkungan yang selalu menjadi pusat perhatian adalah sesuatu yang
menyenangkan, namun setiap kali engkau bergerak maka akan ada orang yang
memperhatikan. Begitulah yang kurasakan. Hingga Aku pergi untuk membuat
lingkaran baru.
Luar
kota tempat aku berpijak saat ini tidak terlalu jauh. Beberapa kali identitasku
selalu menjadi masalah. Aku tidak suka hal itu. Namun tempat kuliah ini sudah
menjadi jarak aman untuk aku berkreasi. Walau masih ada mata-mata. Kini Aku
disini tak ada status soasial yang aku bawa, aku selayaknya orang kampung yang
baru mengenal sebuah kota.
Luar
kota tempat aku berkreasi sekarang bisa sedikit membuktikan, bahwa aku menjadi
lebih baik bukan karena nama orang lain. Bukan karena status maupun keturunan.
Aku bukanlah anak pengusaha, pejabat, orang terpandang, sesepuh, Kyai, ulama
bukan pula anak Raja. Disini dikota baru ini, Aku bisa menemukan teman dan musuh. Jika dulu
salah sedikit maka posisiku tetap diatas, kini salah sedikit maka bisa jadi posisiku jauh berada di bawah seperti bumerang.
Bully.
Hina. Atau apapun itu aku tidak masalah. Aku sudah sering terjatuh sejak
dahulu. Aku tidak perlu melihat dan mendengar apapun yang mereka katakan dikota ini, cukup saring dan perbaiki.
Walaupun masih ada sakit hati, Aku tidak peduli. Karena disini aku menemukan
teman yang nyata untuk berbagi rasa menjadi anak perantauan. Hakbyang menarik ternyata diluar kota ini aku juga menemukan teman hayalan, mereka yang datang dan pergi saat ada pertanyaan, ibarat sebuah kata mutiara saya. musuh merindu dan
musuh yang bak raksasa kehidupan. Dia teman yang datang kemudian menghilang.
Kota, berada diluar kota membuat aku senang membantu orang lain, tentu saja dalam hal
tertentu, tapi ada satu hal yang susah dirubah meskipun engkau merantau. Itu adalah sifat diri yang blakblakan. Sifat yang hampir sama dengan kata jujur. Aku memang cenderung meluapkan perasaanku. Meskipun suka
membantu. Aku tetap mengatakan apa adanya kepada orang yang kubantu. Aku akan
berkata itu jelek jika memang jelek, terkadang ada sedikit rasa perfectionis, kadang
sih.
Kecuali
dalam hal penampilan. Disini aku tidak menjadi perfectionis. Aku apa adanya.
Sampai-sampai aku pernaha memakai kaos yang super butut dan celana training
pulang kampung. Kata keluargaku. ZUHUD kah kamu? Its so eally interesting.
Pakaianku cenderung memakai baju kokoh. Bukan kemeja seperti kebanyakan
mahasiswa yang lain. Sepatu? Aku punya beberapa sepatu namun ada satu sepatu
yang sangat favorit meskipun berlubang aku tetap memakainya. Kalau dirumah
mungkin sudah dibuang.
Mengenai
hal yang dirindukan saat berada dikampung halaman adalah lomba. Itu adalah hal
yang paling aku rindukan. Jiwa kompetisiku sangat bersaing. Aku paling
merindukan MKQ. Kaligrafi sebagai sandaran jiwaku. Disini masih ada kompetisis
tapi bukan kompetisi dimana Aku ingin mengikutinya, Sayembara-saembara gitu.
Tapi kan ya kalau nggak tertarik kan ya gak mungkin ikut toh. Kadang-kadang aja
lah ikutnya. Hal lain yang aku rindukan adalah masakan, sebagai pemilik sindron
Chinese restaurant alias manusia yang merasa pusing setelah makan-makanan
berMSG. Maka dikota ini aku bingung, semua amakanan mengandung MSG. Tapi aku
punya siasat. Aku tetap membelinya tapi 80-90% dibungkus, bawa pulang dan
memakannya menjadi beberapa sesi kali makan.
Bahagia
diluar kota adalah dekat dengan tempat kebutuhan kaligrafi, butuh cat ada,
tinta cina ada. Kertas yang bermacam-macam ada. Tapi sayang susah mencari
pendamping kaligrafinya. Eits pendamping hidup? Aku tidak ingin mencari
dikampus sendiri atau dikota ini. Tapi biar nanti kan belalu, biar tuhan yang
memutuskan hanya bisa berdoa dan berusaha kalau dapat disini ya no problem.
Mengenai
pendamping hidup LDR? Pernah. Beberapa kali. Bukan pacaran ya guys. Ta’aruf.
Hehehe. Sulitnya diluar kota ya gini. Nih. Kadang nelpon malem dibilang nggak
menghargai waktu, ggak tau waktu, nelpon pagi keburu banyak yang ganggu. Mau bertemu bergantung
jarak yang jauh. Udah lah gak usah bahas LDR.
Berada
diluar kota membuat aku lebih mudah mendekati tempat favorit beberapa kali. Aku
suka tempat yang ramai tapi sepi. Jangan kaget kalau membacanya. Aku suka
berada ditaman tengah sebuah rumah sakit. Aku merasa seperti nut crecker (entah
gimana nulisnya) yang berjalan menuju keberhasilan didunia yang aneh.
Akhirnya
aku berada dipenghujung waktu berada diluar kota, beberapa bulan lagi aku akan
meninggalkannya. Yang aku rasakan adalah. I’M LUCKY TO BE ALIVE. Mengenal
sebuah kota, bertemu kawan dan musuh. Bertemu orang yag baik dan yang munafik,
menjadi diri sendiri tanpa peduli status diriku dimasa lalu. Menjadi manusia
yang tidak membanggakan status keturunan, Aku menjadi semakin dewasa, namun
ternyata aku masih jujur dan menyebalkan, masih alay. Oh ya satu yang paling
mengena dan belum kutulis. Aku menemukan hobby baru. Aku hobby memaikan nada
yang bercerita mengenai gelap terang dengan nuansa dark flat flork pop (aliran
diri sendiri).
Sampai
jumpa dikota selanjutnya.
0 Response to "BAHAGIA, SEDIH SAAT KULIAH DILUAR KOTA"
Post a Comment