Saya dan beasiswa DIPA 2013

tadi saya buka website kampus orang, bukan kampus Saya tercinta yang barusan mendapat akreditasi A. alias UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, tanpa sengaja melihat tulisan Beasiswa, jadi ingat perjuangan mendapat beasiswa tahun lalu.

Kebiasaan mahasiswa, pasti heboh mencari peluang beasiswa, dan itu yang Saya alami, bahkan sampai sekarang. Saya kira dapat beasiswa itu semudah mengambil air dengan gayung. ternyata itu salah, sebuah beasiswa itu tidak selalu muncul tepat pada waktunya. Saya kira Saya dapat mencoba beasiswa dari semester 1. ternyata beasiswa dari semester 1 hanya untuk bidik misi dan beasiswa putra daerah. dan Saya tidak mendapat keduanya. pertama. Saya tidak daftar bidik misi. kedua. kabupaten yang telah wara-wiri menjadi merek semen itu. tidak memiliki program beasiswa putra daerah. (kalah sama tetangganya)

tetapi Saya tidak berputus asa. perjuangan untuk mendapat beasiswa tidak akan terhenti sampai disini. ternyata walaupun banyak sekali berbagai macam beasiswa yang mengitari kampus Saya. tetapi hanya 1 beasiswa yang dapat diambil oleh mahasiswa semester 2. yaitu beasiswa DIPA.
saat mulai membaca persyaratannya. ternyata ada dua kategori. yang pertama. kategori kurang mampu dengan ip minimal 3.2 dan yang kedua berprestasi dengan ip minimal 3.4.

waktu itu Saya beriat mengambil kategori yang pertama. tetapi itu tidak mungkin. kampus terlalu jauh dengan rumah untuk mengambil suarat keterangan, padahal pengumpulan tinggal beberapa hari. karena Saya cukup pede dengan ip Saya. akhirnya dengan bondo nekat. Saya mengirim form pendaftaran beasiswa DIPAkategori berprestasi. cukup lama menunggu akhirnya tiba saatnya pengumuman, dan Akhirnya saya lolos. awalnya Uang itu akan Saya gunakan untuk membayar SPP semester. tapi ternyata. pencaran uangnya, harus menunggu berbulan-bulan lamanya. hingga terpaksa bayar SPP dengan uang yang susah payah orang tua bekerja untuk mendapatkannya. dan uang itu didapat saat hari terakhir pembayaran..

Setelah berbulan-bulan (kurang lebih 3 bulan) akhirnya uang itu cair. terlalu lama Saya menunggu. dan SPP juga sudah dibayar. akhirnya, Saya tanyakan kepada orang tua. untuk apa uang itu digunakan? dan saran orang tua, membeli sepeda pancal, mengingat Saya tidak punya kendaraan di Malang. Saya disuruh membeli sepeda yang cukup mahal bagi Saya,  supaya awet pesannya. Uang 2 juta beasiswa ludes untuk membeli sebuah sepeda bermerek polygon, hanya tersisa beberapa ratus ribu. memang untuk merek itu, sepeda  dengan harga sekian adalah tipe biasa, tapi Saya sangat bersyukur.

setelah menikmati beberapa bulan dengan sepeda favorit. tiba saatnya sepeda saya harus diikhlaskan. Saya menamakan shodaqoh. walau kenyataannya ada orang yang mungkin lebih membutuhkan sehingga berniat untuk mengambil sepeda Saya. kejadiannya begitu cepat. sejak pulang dari kampus. Saya merasa ada yang mengikuti. entah perasaan atau memang kenyataan. dan karena Saya begitu capek setelah acara kampus. Saya langsung ke kamar setelah memarkir sepeda, tidak lupa untuk menguncinya dengan rantai, tetapi tidak seperti biasanya, saat itu saya memarkir di sebelah kiri halaman rumah ibu kost yang kenyataannya memiliki jarak lebih dekat dengan jalan. dan kebetulan kost Saya tidak memiliki pagar ditambah ibu kost tidak berjualan pada hari itu. akhirnya, Saya ke kamar dan saat sore hari. Saya berniat membeli makanan. tetapi  sepeda Saya sudah tidak ada.

yah, mungkin memang benar, ada orang yang lebih membutuhkannya sehingga melakukan tindakan tidak terpuji tersebut, dan untungnya saat Saya menghubungi orang tua, dengan tenang beliau memberi ucapan yang membuat Saya tenang. bahwa segalanya adalah milik Allah dan segala sesuatu akan kembali padanya.

Demikian kisah Saya dan beasiswa DIPA serta sepeda pertama Saya setelah Taman kanak-kanak.

pesan Saya, buat yang mau ambil beasiswa, mungkin beasiswa DIPA adalah salah satu pilihan yang patut untuk diambil, walau nilainya tidak sebanyak beasiswa dari bank-bank ternama. tapi kuota penerimanya lebih besar.

Tweet